Unknown
Belajar dari Kerasnya Hidup Orang Pinggiran
Beberapa hari yang lalu, aku berbincang dengan suami mengenai rezeki
keluarga kecil kami. Banyak keinginan-keinginan kami yang belum
terpenuhi dan kami saling berambisi untuk mencapainya. Kami merasa apa
yang kami dapat sekarang belumlah cukup untuk memenuhi rasa puas kami.
Ada rasa sedih disana dan setelah itu aku pun meminta dan terus meminta
dalam do'a selepas sholat. Sekarang aku hampir menyesali do'a-do'a yang
terucap waktu itu, sungguh.
Ketika waktu maghrib hampir datang, aku menonton sebuah tayangan di
televisi. Tayangan ini membuncah hati, mengurai air mata, menahan segala
kecewa pada diri sendiri, dan tentu saja membengkak rasa malu ini
kepada Sang Pemberi.
Dalam tayangan yang berkisah tentang orang pinggiran itu, diceritakan
bahwa ada sebuah keluarga, dimana sang kepala keluarga sedang berbagi
kisah perih kehidupan keluarganya. Bapak renta itu harus bekerja sangat keras
untuk menghidupi keluarganya. Raga ini mulai bergetar mendengarnya
bertutur. Bapak itu bercerita bahwa dalam sehari, untuk mendapat uang Rp
10.000 saja rasanya sulit sekali, bahkan untuk membeli beras setengah
kilogram dalam sehari saja sudah sangat bersyukur. Namun, lihatlah, dia
masih tetap optimis akan kehidupannya, masih semangat akan selalu
bekerja banting tulang demi keluarga tercintanya. Tak tahan air mata ini
pun tertumpah sudah.
Yaa Rabb ... malu aku pada-Mu dengan do'a-do'aku siang itu. Aku yang selalu meminta dan meminta,
yang selalu ingin kau beri lagi dan lagi dari karuania-Mu itu. Tanpa
menyadari, tanpa mengakui, Kau telah memberi aku dan keluarga kecilku
ini kecukupun rizki. Malu rasanya tak sempat bersyukur dalam do'a itu,
hanya meminta, seolah lupa akan segala karuania-Mu. Ampuni aku Yaa Rabb.
Aku menyadari, bahwa dalam sehari aku dan suami tak sampai kesulitan
mendapat beras setengah kilo seperti bapak renta itu. Tak harus banting
tulang untuk mencari sepuluh ribu yang justru bagi sebagian orang uang
sebesar itu kini tak ada arti. Aku sudah diberi banyak kelimpahan rizki
tapi aku lupa berucap syukur pada-Nya. Semoga rekan-rekan yang membaca
kisah ini tersadarkan untuk terlebih dulu bersyukur atas segala nikmat
yang dilimpahkan-Nya. Untuk terlebih dulu melihat di bawah sana, di
pinggiran sana, banyak saudaramu yang lebih keras dalam perjuangannya di
dunia ini.
Semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu bersyukur dan tak pernah
digolongkan menjadi hamba-Nya yang kufur, aamiin yaa rabbal alamin ..
:')
Unknown
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
0 komentar:
Posting Komentar
No sara :)