Rabu, 20 Maret 2013

Belajar dari Kerasnya Hidup Orang Pinggiran

Belajar dari Kerasnya Hidup Orang Pinggiran 

 Beberapa hari yang lalu, aku berbincang dengan suami mengenai rezeki keluarga kecil kami. Banyak keinginan-keinginan kami yang belum terpenuhi dan kami saling berambisi untuk mencapainya. Kami merasa apa yang kami dapat sekarang belumlah cukup untuk memenuhi rasa puas kami. Ada rasa sedih disana dan setelah itu aku pun meminta dan terus meminta dalam do'a selepas sholat. Sekarang aku hampir menyesali do'a-do'a yang terucap waktu itu, sungguh.
Ketika waktu maghrib hampir datang, aku menonton sebuah tayangan di televisi. Tayangan ini membuncah hati, mengurai air mata, menahan segala kecewa pada diri sendiri, dan tentu saja membengkak rasa malu ini kepada Sang Pemberi.

Dalam tayangan yang berkisah tentang orang pinggiran itu, diceritakan bahwa ada sebuah keluarga, dimana sang kepala keluarga sedang berbagi kisah perih kehidupan keluarganya. Bapak renta itu harus bekerja sangat keras untuk menghidupi keluarganya. Raga ini mulai bergetar mendengarnya bertutur. Bapak itu bercerita bahwa dalam sehari, untuk mendapat uang Rp 10.000 saja rasanya sulit sekali, bahkan untuk membeli beras setengah kilogram dalam sehari saja sudah sangat bersyukur. Namun, lihatlah, dia masih tetap optimis akan kehidupannya, masih semangat akan selalu bekerja banting tulang demi keluarga tercintanya. Tak tahan air mata ini pun tertumpah sudah.

Yaa Rabb ... malu aku pada-Mu dengan do'a-do'aku siang itu. Aku yang selalu meminta dan meminta, yang selalu ingin kau beri lagi dan lagi dari karuania-Mu itu. Tanpa menyadari, tanpa mengakui, Kau telah memberi aku dan keluarga kecilku ini kecukupun rizki. Malu rasanya tak sempat bersyukur dalam do'a itu, hanya meminta, seolah lupa akan segala karuania-Mu. Ampuni aku Yaa Rabb.

Aku menyadari, bahwa dalam sehari aku dan suami tak sampai kesulitan mendapat beras setengah kilo seperti bapak renta itu. Tak harus banting tulang untuk mencari sepuluh ribu yang justru bagi sebagian orang uang sebesar itu kini tak ada arti. Aku sudah diberi banyak kelimpahan rizki tapi aku lupa berucap syukur pada-Nya. Semoga rekan-rekan yang membaca kisah ini tersadarkan untuk terlebih dulu bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan-Nya. Untuk terlebih dulu melihat di bawah sana, di pinggiran sana, banyak saudaramu yang lebih keras dalam perjuangannya di dunia ini.

Semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu bersyukur dan tak pernah digolongkan menjadi hamba-Nya yang kufur, aamiin yaa rabbal alamin .. :')

Unknown

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Posting Komentar

No sara :)

 

Copyright @ 2013 Rivaldy.H.